2.5 Depresiasi dan Amortisasi
Hai Pebisnis! Pada materi sebelumnya kita sudah menyinggung soal depresiasi dan amortisasi aset. Sekarang yuk kita bahas lebih mendalam. bisnis yang kamu jalankan pastinya memiliki aset tetap yang bisa memiliki wujud fisik ataupun tidak. Setiap unit aset tersebut akan mengalami penurunan nilai seiring waktu dan pemakaian.
Jadi nilai aset pada sebuah barang setiap tahunnya akan menurun, dan penurunan tersebut perlu dicatatkan. Penurunan pada aset yang berwujud seperti bangunan, mesin produksi, mobil dan lainnya disebut dengan depresiasi.
Sedangkan pada aset yang tak berwujud seperti, lisensi perangkat lunak, hak cipta dan merk disebut amortisasi. kita bahas cara menentukan depresiasi terlebih dahulu yuk. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam menentukan depresiasi pada sebuah aset tetap berwujud, yaitu:
- Metode Garis Lurus (straight line)
- Metode Berbasis Penggunaan (based on use)
Pada pendekatan pertama depresiasi akan dihitung biaya awal pengadaan aset dengan nilai sisa. Nilai sisa adalah seberapa besar nilai sebuah aset pada akhir masa manfaat atau pakainya. sebagai contoh, anda membeli mobil operasional seharga 100 juta rupiah. Kemudian anda menaksir nilai sisa mobil tersebut pada akhir masa pakainya berkisar di 40 juta rupiah.
Berarti terdapat selisih 60 juta sebagai depresiasi atau penurunan nilai seiring mobil tersebut digunakan. Lalu, anda berencana menggunakan mobil tersebut selama lima tahun ke depan. Dengan begitu untuk mengetahui depresiasi mobil tersebut per tahunnya, anda perlu membagi nilai depresiasi sebesar 60 juta rupiah dengan masa pakai selama lima tahun.
Hasilnya, mobil tersebut akan berkurang nilainya sebesar 12 juta rupiah pertahun. Jadi pada setiap penyusunan laporan neraca, anda perlu mengisi 12 juta rupiah untuk mencatat depresiasi pada mobil tersebut.
Sekarang kita lanjut ke metode perhitungan berbasis penggunaan aset. Asumsikan mobil dengan biaya pengadaan sebesar 100 juta rupiah akan anda gunakan hingga jaraknya mencapai 200 ribu km. Lalu anda menaksir setelah mencapai akhir masa pakai atau sudah menempuh jarak sejauh 200 ribu km mobil tersebut bernilai 40 juta rupiah.
Dengan begitu nilai total depresiasi mobil tersebut adalah 60 juta rupiah. Untuk mendapatkan rincian per kilometernya anda harus membagi 60 jt rupiah dengan 200 ribu km. Didapatkan nilai sebesar Rp 300 per km. dengan begitu, setiap kilometer yang ditempuh mobil tersebut akan mengurangi nilainya sebanyak Rp 300.
Kemudian anda memperkirakan dalam tahun ini mobil akan menempuh jarak sejauh 35.000 km. dengan pedoman jarak tersebut anda bisa mendapatkan total nilai depresiasinya dalam tahun ini sebesar Rp 10.500.000.
Angka tersebut berasal dari hasil perkalian Rp 300 sebagai depresiasi per kilometer dengan 35000 sebagai total jarak tempuh tahun itu. Dua cara tersebut dapat anda gunakan untuk menghitung depresiasi dari aset yang dimiliki. Setiap aset bisa memiliki pendekatan yang berbeda, jadi dapat anda tentukan berdasarkan jenis asetnya ya!
Sekarang kita akan membahas soal amortisasi atau penurunan nilai pada aset tak berwujud. Pada aset yang tidak berbentuk fisik biasanya penurunan nilai akan didasarkan pada masa pakainya. Contohnya seperti lisensi perangkat lunak. Bisnis anda menggunakan software Adobe untuk keperluan desain dan pemasaran.
Dalam pengadaan software ini anda biasanya akan memilih jangka waktu lisensi penggunaannya. Bisa dalam bulanan, tahunan, dua tahunan hingga seterusnya. Karena masa pakainya bersifat pasti alias tak perlu ditaksir anda tinggal membagi biaya yang diperlukan untuk pembelian lisensi hingga masa pakainya berakhir.
Misalnya software adobe tersebut anda beli seharga Rp 9 juta dengan lisensi selama tiga tahun. Dengan begitu setiap tahunnya, akan terdapat amortisasi sebesar Rp 3 juta. Amortisasi dapat anda hitung pada aset tak berwujud yang memiliki masa pakai saja ya. Jadi pada aset goib seperti merek tidak dapat anda ukur amortisasinya karena tidak memiliki batas waktu penggunaan.
Kesimpulannya penurunan nilai akan tetap terjadi pada aset yang memiliki masa pakai. Pada aset berwujud fisik penurunan ini disebut depresiasi, sedang pada aset goib disebut amortisasi. Pada prinsipnya perhitungan depresiasi dan amortisasi berdasarkan biaya yang diperlukan saat pengadaan aset dikurangi dengan nilai sisa di akhir masa pakai. Lalu dibagi dengan total masa pakai aset tersebut.